Bimbingan Intensif Muslimah
Oleh : Sekretariat Yayasan Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
Peran profesional muslimah adalah peran kontributif. Peran utamanya
adalah di rumah. Ketika dia ke luar rumah dan menjalankan peran sesuai
dengan kapasitasnya secara profesional, sesungguhnya ia tengah ikut
bersama kaum pria untuk membangun bangsa ini. Meski demikian perlu
diingat, bahwa kalau mau dilihat secara jumlah atau prosentasenya,
sebenarnya muslimah yang dikaruniai peran kontributif itu jumlahnya
lebih kecil daripada wanita rata-rata.
Ketika seorang muslimah memiliki potensi dan kesempatan untuk menjalani
peran publik, maka ia harus menjalaninya dengan baik. Ia harus didukung
oleh keluarganya, juga oleh masyarakat (negara). Keluarga harus
merelakan waktu dan tenaga muslimah ini tidak hanya untuk keluarga, tapi
juga untuk menjalankan amanah profesi lainnya. Muslimah itu juga harus
menjalaninya profesinya secara amanah, sejujur-jujurnya. Caranya adalah
dengan mencari cara yang efektif dan efisien untuk berperan optimal.
Kita memang perlu menciptakan dunia yang ramah bagi muslimah, ramah dalam peran dan produktifitas.
Peran sahabiyyah di zaman rasulullah sangat banyak dan beragam.
Sementara sekarang ada pemikiran yang mengerucutkan peran muslimah itu
menjadi dua poin ekstrim ibu bekerja dan ibu rumahtangga. Bagaimana
sebenarnya?
Peran muslimah, sesungguhnya bukan sekedar pelengkap, pemanis, atau sekedar peran di belakang layar. Dari siroh kita belajar bahwa mereka juga menjalankan peran-peran strategis.
Dalam perencanaan penempatan pasukan, misalnya, muslimah ditempatkan
pada tempat yang sesuai dengan fitrahnya, di belakang.. Namun, pada
saat-saat genting, Rasul tidak melarang muslimah untuk mengambil
peran-peran penting, bahkan meski itu mengambil tempatnya para sahabat.
Contoh, Nasibah Al- Mazniyyah, Srikandi Perang Uhud. Di saat genting,
Umar, dan bahkan Abu Bakar minggir ketika mendengar kabar Rasulullah
telah mati. Mereka tidak punya semangat lagi untuk berjihad, karena
mereka menyangka, siapa lagi yang mau dibela? Saat itu Rasul pingsan.
Saat tersadar, ia tidak melihat kehadiran orang lain kecuali Nasibah.
Kemudian Rasulullah mempersilakannya meminta kepadanya, ``Ya Nasibah,
salmi, salmi/ mintalah , mintalah``. Kemudian Nasibah meminta ``Ya Allah
jadikanlah aku sebagai temannya di surga``. Rasullah langsung memohon
kepada Allah `` Ya Allah jadikanlah Nasibah ini menjadi temanku di
surga,``
Nasibah berperan langsung, bahkan dalam perang fisik. Tadinya ia memegang dua pedang. Tapi, setelah ia kehilangan sebelah tangannya, ia memberikan salah satu pedangnya kepada anaknya.
Dalam peperangan itu, Nasibah kehilangan suami, anak, dan sebagian
anggota badannya. Dalam kondisi genting seperti itu, Rasulullah tidak
mengatakan ``Nasibah, ngapain kamu di sini?`` Tidak. Jadi, meski
sebelumnya ia berada di deretan pasukan belakang, saat itu Nasibah
berperan sebagai pendamping rasul karena tidak ada yang melakukannya.
Inilah sebuah contoh peran Muslimah masa Rasulallah, melalui lembaga Muslimah Center Daarut Tauhiid Bandung kami membuat sebuah program BIMBINGAN INTENSIF MUSLIMAH untuk liburan tanggal 20 juni - 30 juli 2011
Inilah sebuah contoh peran Muslimah masa Rasulallah, melalui lembaga Muslimah Center Daarut Tauhiid Bandung kami membuat sebuah program BIMBINGAN INTENSIF MUSLIMAH untuk liburan tanggal 20 juni - 30 juli 2011
0 comments:
Post a Comment